Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Rabu, 28 April 2010

Kebobrokan Demokrasi

Ketika umat Islam menghujat kelompok sesat seperti ahmadiyah atau al-qiyadah al-islamiyah, kaum liberal ribut sembari menuduh umat Islam tidak dewasa, tidak menghormati kebebasan dan melanggar HAM. Bahkan fatwa “sesat... Lihat Selengkapnya” MUI yg dinisbatkan kepada kelompok sesat itu mereka pandang sesat. Sebaliknya ketika ada sekelompok umat Islam menyuarakan aspirasinya tentang perlunya Indonesia menerapkan Syariah dan menegakkan Khilafah, atas nama kebebasan dan HAM pula kaum liberal mencap mereka sebagai musuh kebebasan, dan Syariah yg diusungnya berpotensi melanggar HAM dan mengancam keragaman......

Demikianlah atas nama HAM dan Demokrasi pelaku asusila dibela, sementara pelaku amar makruf nahi mungkar dicerca; para penoda kesucian agama Islam dibiarkan, sementara MUI yg berniat melindungi kehormatan Islam disalahkan atas nama HAM. Pelaku perselingkuhan (perzinaan) dipandang wajar, sementara pelaku poligami dianggap kurang ajar; para penolak pornografi-pornoaksi dicaci-maki, sementara pelakunya dipandang pekerja seni. Atas nama HAM pula, para pejuang Syariah dituduh memecah belah, sementara pengusung sekularisme dan liberalisme dianggap membawa berkah.
Itulah secuil gambaran tentang betapa bobroknya demokrasi dan HAM…. Disamping jelas-jelas bobrok, demokrasi dan HAM juga nyata-nyata tidak jelas juntrungannya. Dalam demokrasi, katanya rakyat yg berdaulat, tapi faktanya yg sangat adikuasa adalah para pemilik modal kuat.
Dalam tataran praktiknya, demokrasi juga menghasilkan sejumlah kerumitan. Sejak berdirinya pada tahun 1776, AS sebagai kampium demokrasi dunia, memerlukan waktu 11 tahun unt menyusun konstitusi, 89 th untuk menghapus perbudakan, 144 th unt memberikan hak pilih kepada kaum wanita, dan 188 th unt menyusun draf konstitusi yg “melindungi” seluruh warga Negara (Strobe Talbott, 1997). Bahkan setelah ratusan tahun hingga hari ini, demokrasi amerika belum jg “rela” memberikan kursi kepresidenan kpd seorang wanita. Padahal demokrasi katanya menjungjung tinggi kesetaraan dan memberikan hak politik yg sama kepada laki-laki maupun perempuan.

Anehnya, dg perjalanan masa lalu yg demikian kelabu dan bahkan kelam serta masa kini yg penuh ironi dan kontradiksi, amerika dg pongahnya memberikan kuliah tentang “demokrasi juga HAM” kepada Negara-negara berkembang yg mayoritasnya adalah negeri-negeri Islam. Yg Lebih aneh lagi adalah para pemuja Demokrasi dan HAM dari kalangan Muslim, yg tetap buta terhadap kebobrokan demokrasi serta menutup mata terhadap kebejatan Negara adikuasa AS sebagai pengusung utamanya.
Benarlah Sir Winston Churchill (PM Inggris pada masa PD-II) yg pernah mengatakan “demokrasi bukanlah system yg baik; dia menyimpan kesalahan dalam dirinya (built-in-error).”

Inikah demokrasi dan HAM yg dielu-elukan oleh sebagian kalangan, khusunya rezim yg saat ini lagi berkuasa…..?????
Sungguh ironi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar